Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Victor Silaen
menilai Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bisa mempertanyakan ucapan
maling yang diutarakan capres Prabowo Subianto dalam salah satu
kampanyenya di daerah.
"Penting dikritisi dari kampanye Prabowo
adalah yang mengatakan pihak lawan sebagai maling. Bawaslu harus
memanggil Prabowo untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya itu," kata
Victor melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dalam
kesempatan berkampanye di Solo beberapa waktu lalu, Prabowo mengajak
warga memilih nomor urut satu (Prabowo Subianto-Hatta Rajasa), agar
Indonesia tidak dipimpin para maling.
Prabowo tidak menyebut
spesifik kepada siapa tudingannya itu , namun karena hanya terdapat dua
pasang capres-cawapres dalam Pilpres 2014, maka pernyataannya itu menuai
spekulasi ditujukan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Victor
mengatakan Prabowo patut membuktikan bahwa pihak lawannya betul-betul
pantas disebut maling. Jika tidak, maka hal itu bisa termasuk
pelanggaran etika dalam berkampanye.
Victor juga menilai pidato
Prabowo di Rumah Polonia, Jakarta Timur, 10 Juni lalu, yang menyarankan
agar rakyat menerima uang politik menjelang Pilpres 9 Juli mendatang
patut disesalkan. Sebab, kata dia, Prabowo sebagai calon presiden bagi
seluruh rakyat Indonesia seharusnya memberikan teladan dengan mengimbau
masyarakat menolak semua bentuk politik uang.
Sementara itu
pengamat dari Universitas Indonesia Agung Suprio menyatakan sejatinya
Prabowo telah mengubah penampilannya menjadi pribadi yang ramah, hal itu
menurut dia terlihat dari bagaimana Prabowo mampu berbaur dengan
masyarakat dalam setiap kampanyenya.
"Dulu (Prabowo menunjukkan) ketegasan sekarang keramahan," kata Agung.
Sementara
Jokowi menurut Agung, seakan mengubah penampilannya menjadi pribadi
yang garang karena juga "menyerang" Prabowo dalam kampanye. Dalam
kampanyenya di Tasikmalaya, Kamis (12/6), Jokowi menyebut ketegasan
pemimpin ditentukan dari tindakan bukan diukur dari badan yang besar.
Meskipun
tidak menyebut langsung siapa yang dimaksud berbadan besar itu namun
spekulasi mengarah hal itu ditujukan ke lawan politiknya.
"Perubahan perilaku lembut ke garang ini agak sulit diterima pemilih daripada dari tegas ke ramah," kata Agung.(tribun/mk)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment