Hosting Unlimited Indonesia

Wukuf Arafah Bukan Patokan Idul Adha

Written By Unknown on Saturday, October 4, 2014 | Saturday, October 04, 2014

Prof. KH. Ali Mustofa Yaqub
Jakarta (Metro Kalimantan) - Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof. KH. Ali Mustofa Yaqub, menyatakan wukuf di Arafah bukanlah patokan jatuhnya hari raya Idul Adha.

Dia menyatakan masyarakat kerap beranggapan ketika Umat Islam yang menunaikan Ibadah Haji berwukuf di arafah maka umat Islam di seluruh dunia melaksanakan puasa sunnah arafah. Keesokan harinya berarti hari raya Idul Adha.

"Tidak seperti itu ijtihadnya," jelas Ali Mustofa Yaqub, kepada rol, Kamis (2/10).

Yang menjadi patokan adalah awal Dzulhijah. Di Arab Saudi, awal Dzulhijah jatuh lebih cepat dibandingkan di Indonesia. "Karena hilal sudah tampak melalui ru'yah," imbuhnya.

Sedangkan di Indonesia, hilal belum tampak. "Akhirnya kita sempurnakan Dzulhijah menjadi 30 hari," paparnya.

Pihaknya membenarkan bahwa 10 Dzulhijah jatuh pada lima Oktober.

Meskipun wukuf di Arafah jatuh pada 3 Oktober, bukan berarti pada tanggal empatnya dilaksanakan Idul Adha. "Ingat, patokannya hilal."

Ali Mustofa menceritakan pengalaman sahabat Rasulullah atau atsar, yang menjelaskan suatu ketika Sahaabt Rasulullah, Ibnu Abbas, mengutus sahabat lainnya, Qurayb, mengunjungi Damaskus untuk menemui Muawiyah. Disana sudah berpuasa Ramadhan.

Kemudian Qurayb berkata kepada Ibnu Abbas, disana sudah berpuasa, apakah disini juga harus berpuasa.
"Ibnu Abbas kemudian mengutip hadits Rasulullah riwayat Muslim, yang mengatakan likulli baldatin ru'yatuha," jelas Ali Mustofa. Artinya, setiap negeri memiliki ru'yatnya sendiri. Tidak bisa disamakan antara ru'yat di Makkah dengan di Indonesia.(rol/mk)

0 komentar: