Hosting Unlimited Indonesia

Petani Rotan Menjerit, Rotan Semakin di Lupakan

Written By Unknown on Friday, May 20, 2016 | Friday, May 20, 2016

Sekjen PEPPIRKA saat wawancara dengan awak media (ags)

Banjarmasin - Selama hampir 25 tahun rotan kalimantan merajai barang olahan anyaman dari rotan, baik mebel, tikar, perabotan rumah tangga dan lain sebagainya, dimana semua hasil olahan tersebut menjadi tujuan eksport ke seluruh dunia.

Sekarang rotan menjadi barang yang tidak terpakai lagi, karena permintaan terhadap bahan baku rotan sudah mulai ditinggal kan oleh para pengusaha, mereka sekarang beralih dengan rotan sintetis.
Bapak Acun mengatakan bahwa semua ini bermula dengan di keluar kan nya SK Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 35  Tahun 2011 di  mana rotan hasil hutan tidak boleh di ekspor langsung oleh petani maupun pedagang di seluruh wilayah indonesia.

Dengan dikeluarkan nya SK Menperindag no. 35 tahun 2011 tersebut petani rotan kalimantan akhirnya menjerit, karena tidak bisa lagi mengekspor hasil berladang atau bertani mereka.
Padahal rotan kalimantan sudah dibudidayakan oleh petani, sehingga tidak lagi tergantung dari hasil hutan.

Rotan kalimantan di tanam bukan hasil dari alam seperti rotan sumatera, sulawesi yang merupakan alas atau berasal dari alam kata Acun

"Rotan kalimantan tidak akan habis karena semua di tanam oleh petani,bukan hasil hutan seperti yang di gemborkan pemerintah pusat" kata pemilik lahan perkebunan rotan di Barito Selatan

Selain itu Pak Ubuh dan Pak Aliannor dari desa babai kecamatan bengkuang kab barito selatan dan dari desa mengkatib kecamatan dusun hilir kab barsel Pak Idang juga mengungkapkan bahwa setelah di berlaku kan nya tentang larangan eksport untuk rotan kami selaku petani rotan menderita karena tidak ada pemasukan lagi, dan pedagang dari Cirebon semena mena menentukan harga rotan dan bayar nya pun sekehendak mereka, kami petani rotan kalimantan sangat di rugikan oleh ulah segelintir pengusaha rotan Cirebon yang beli kepada kami tidak dibayar, jadi kami selaku petani rotan mau makan apa kalau tidak di bayar

Sebagian dari kami sekarang mulai beralih dari petani rotan menjadi buruh pekerja kasar di perkebunan sawit yang nota bane nya merupakan cukong cukong pengusaha dari luar kalimantan, yang menginginkan perkebunan rotan kami di ganti dengan perkebunan sawit.

Kami sadar sebagai petani kami merupakan rakyat indonesia, tepi kami juga heran di alam kemerdekaan ini masih saja, ada upaya upaya yang dilakukan oleh pihak pihak yang tidak menginginkan hasil perkebunan rotan kami menjadi tuan rumah di negara kami indonesia.

Kami berharap sebagai petani yang sumber daya manusiaya yang sangat minim, agar pemerintah memberikan sedikit perhatian, melihat realita dan mau turun melihat ladang ladang kami/ kebun rotan kami, yang mulai kami tinggal kan karena kalah dengan rotan sintetis.

Dulu kami bisa menyekolahkan anak sampai di bangku kuliah, Sekarang jangan kan untuk menyekolahkan anak anak kami di sekolah yang bagus apa lagi sampai kuliah di perguruan tinggi, untuk makan saja kami harus ngutang untuk mencukupi kebutuhan hidup yang tidak menentu, sehingga kami menjalani menjadi buruh kasar di perkebunan kelapa sawit kata Ubuh dan Aliannor.

Melalui
koran SPB Jakarta, Kami dari petani Rotan sangat mengharapkan kepada pemerintah pusat yakni Presiden Jokowi, maupun DPR  agar SK Menperindag no. 35 tahun 2011 segera di cabut, karena sudah mengekang hidup hajat masyarakat petani Rotan Kalimantan agar kami para petani bisa hidup layak kembali. 

Kami datang dari hulu Barito ke Banjarmasin ini untuk membentuk persatuan petani rotan kalimantan, dengan rencana pembentukan ini kami mengharapkan agar kami bisa hidup dengan layak, tidak ada lagi lahan perkebunan rotan kami beralih fungsi menjadi lahan sawit, kami masyarakat petani rotan meminta kepada pemerintah pusat untuk segera mencabut SK Menperindag No. 35 tahun 2011, karena merugikan kami selaku petani rotan kalimantan. (Ags)

0 komentar: