ilustrasi SMA Terbuka depok |
Jakarta - Pemerintah membuka Sekolah Menengah Atas (SMA) Terbuka di lima provinsi. SMA Terbuka ini digunakan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) SMA yang masih 76,01 persen.
Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Achmad Jazidie mengatakan, ada lima SMA Terbuka pertama berada di Kalimantan Selatan (Kalsel), dengan sekolah induk yang dipilih ialah SMAN 1 Gambut, Kabupaten Banjar.
Kemudian di Malang Jawa Timur (SMAN 1 Kepanjen), selanjutnya di Padalarang Jawa Barat (SMAN 2 Padalarang), Lombok NTB (SMAN 1 Narmada) dan Jambi (SMAN 12 Merangin).
“Kami buka SMA Terbuka untuk meningkatkan akses pendidikan bagi warga belajar dan menyukseskan pendidikan menengah universal (PMU),” kata Achmad di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (17/3/2014).
Menurut Jazidie, SMA Terbuka merupakan pendidikan layanan khusus pada jalur formal yang diselenggarakan sekolah reguler dan menjadi bagian dari sekolah tersebut. Sekolah yang ditunjuk akan melayani dua kelompok peserta didik, yakni siswa reguler dan program pendidikan jarak jauh atau online.
Sasaran utama penyelenggaraan SMA Terbuka adalah lulusan SMP sederajat yang tidak tertampung di SMA/SMK reguler karena kendala ekonomi, geografis, waktu, sosial, dan budaya.
Selain itu, program tersebut juga menerima para pelajar SMA atau SMK drop out. Jazidie mengingatkan untuk keberhasilan program SMA Terbuka memerlukan komitmen sepenuh hati dari pihak sekolah dan guru agar upaya mencerdaskan warga masyarakat dapat terwujud.
Dia menjelaskan, APK pendidikan menengah baru mencapai 76,1 persen atau ini berarti terdapat 22,2 persen lulusan tingkat SMP atau sederajat yang belum tertampung di tingkat pendidikan menengah.
Rendahnya APK pada jenjang pendidikan menengah ini disebabkan karena kendala geografis, sosial, ekonomi dan budaya. “Diharapkan dengan program PMU APK pendidikan menengah akan mencapai 97 persen pada 2020 nanti,” ungkapnya.
Direktur Pembinaan SMA Ditjen Dikmen Kemendikbud Haris Iskandar mengatakan, penetrasi IT sudah merata di masyarakat sehingga siswa SMA dapat terbiasa belajar internet melalui program ini.
Oleh karena itu, model penyelenggaraan SMA Terbuka ini ada tiga pengembangan yakni dominan online, balance online dan tatap muka serta dominan tatap muka. “Pengembangan sistem pembelajaran mandiri dengan mengkombinasikan sistem belajar jarak jauh dengan internet dan tatap muka," pungkasnya.(maf/mk)
Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Achmad Jazidie mengatakan, ada lima SMA Terbuka pertama berada di Kalimantan Selatan (Kalsel), dengan sekolah induk yang dipilih ialah SMAN 1 Gambut, Kabupaten Banjar.
Kemudian di Malang Jawa Timur (SMAN 1 Kepanjen), selanjutnya di Padalarang Jawa Barat (SMAN 2 Padalarang), Lombok NTB (SMAN 1 Narmada) dan Jambi (SMAN 12 Merangin).
“Kami buka SMA Terbuka untuk meningkatkan akses pendidikan bagi warga belajar dan menyukseskan pendidikan menengah universal (PMU),” kata Achmad di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (17/3/2014).
Menurut Jazidie, SMA Terbuka merupakan pendidikan layanan khusus pada jalur formal yang diselenggarakan sekolah reguler dan menjadi bagian dari sekolah tersebut. Sekolah yang ditunjuk akan melayani dua kelompok peserta didik, yakni siswa reguler dan program pendidikan jarak jauh atau online.
Sasaran utama penyelenggaraan SMA Terbuka adalah lulusan SMP sederajat yang tidak tertampung di SMA/SMK reguler karena kendala ekonomi, geografis, waktu, sosial, dan budaya.
Selain itu, program tersebut juga menerima para pelajar SMA atau SMK drop out. Jazidie mengingatkan untuk keberhasilan program SMA Terbuka memerlukan komitmen sepenuh hati dari pihak sekolah dan guru agar upaya mencerdaskan warga masyarakat dapat terwujud.
Dia menjelaskan, APK pendidikan menengah baru mencapai 76,1 persen atau ini berarti terdapat 22,2 persen lulusan tingkat SMP atau sederajat yang belum tertampung di tingkat pendidikan menengah.
Rendahnya APK pada jenjang pendidikan menengah ini disebabkan karena kendala geografis, sosial, ekonomi dan budaya. “Diharapkan dengan program PMU APK pendidikan menengah akan mencapai 97 persen pada 2020 nanti,” ungkapnya.
Direktur Pembinaan SMA Ditjen Dikmen Kemendikbud Haris Iskandar mengatakan, penetrasi IT sudah merata di masyarakat sehingga siswa SMA dapat terbiasa belajar internet melalui program ini.
Oleh karena itu, model penyelenggaraan SMA Terbuka ini ada tiga pengembangan yakni dominan online, balance online dan tatap muka serta dominan tatap muka. “Pengembangan sistem pembelajaran mandiri dengan mengkombinasikan sistem belajar jarak jauh dengan internet dan tatap muka," pungkasnya.(maf/mk)
0 komentar:
Post a Comment