Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya |
"Ada 75 persen sungai yang tercemar berat dari 57 sungai besar yang dipantau kualitasnya selama 2013," katanya di Bengkulu, Senin.
Menteri mengatakan hal itu saat membuka rapat kerja teknis (Rakernis) Pemantauan Kualitas Air Sungai se-Indonesia di Kota Bengkulu.
Menurutnya, hasil pemantauan pada 2014, 75 persen sungai tercemar berat, 35 persen sungai yang tercemar sedang dan 3 persen tercemar ringan.
Pencemaran sungai menurut Menteri sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup masyarakat di Indonesia.
Tidak hanya masyarakat, perilaku sektor industri menurutnya juga berperan dalam pencemaran sungai.
"Sungai dianggap tempat yang paling strategis untuk membuang sampah, padahal sumber air baku untuk air yang kita konsumsi berasal dari sungai," katanya menjelaskan.
Melalui pertemuan yang diikuti seluruh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) se-Indonesia itu akan diketahui sumber pencemar dan strategi pengendalian kualitas air sungai.
Deputi VII Kementrian Lingkungan Hidup Bidang Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas Hendri Bustaman mengatakan bahwa Rakernis tersebut juga akan melaporkan hasil evaluasi yang dilakuan 2008 hingga 2013.
"Akan ada data series sejak 2008 hingga 2013 dari 57 sungai yang dipantau," katanya.
Dari laporan tersebut, maka akan dihasilkan data kecenderungan kualitas air di berbagai sungai prioritas. Data tersebut tambahnya akan digunakan untuk perhitungan indeks kualitas Lingkungan Hidup Indonesia, juga untuk kepentingan berbagai instansi terkait.
Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan pada 2013 ada 10 sungai besar di daerah itu yang dipantau BLH menggunakan dana APBD Provinsi Bengkulu.
"Dari 10 sungai yang dipantau, kecenderungannya semakin tercemar baik akibat limbah domestik, limbah industri perkebunan dan pertambangan," katanya.
Sungai-sungai yang dipantau kualitasnya yakni Sungai Masnau, Nelas, Lais, Manna, Padangguci, Selagan, Airketahun, Sungai Hitam, Airseblat dan Airmaras. (Ant/L-8/mk)
0 komentar:
Post a Comment