Kotabaru - Diberlakukanya larangan ekspor mineral mentah, agar kita menghentikan
menjual tanah air. Hal ini dikatakan Wamen ESDM Susilo Siswoutomo dalam
kunjungannya ke perusahaan bijih besi PT SILO (Sebuku Iron Lateritic
Ores), di Pulau Sebuku kabupaten Kotabaru, Selasa tadi.
Jual tanah air, ia maksudkan dalam artian sebenarnya. Tanah digali,
dimuat ke dalam tongkang lantas dijual ke luar negeri. Dari pantauan
Radar Banjarmasin di lapangan, secara kasat mata bijih besi memang tidak
ada bedanya dengan tanah liat.
Wamen menegaskan, selama ini dari kegiatan ekspor mineral mentah, yang
sangat diuntungkan adalah importir di luar negeri. Sementara di lokal
yang untung hanya para pemilik usaha truk, tongkang dan pengusaha
mineral. Lanjutnya, selama Indonesia hanya mampu mengekspor mineral
mentah, maka selama itu juga negara ini akan kehilangan banyak sekali
potensinya.
Di Pulau Sebuku, ia tiba bersama Dirjen Minerba ESDM R Sukhyar, Dirjen
Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi, Direktur Fasilitas Kepabeanan
Ditjen Bea Cukai Dede Ida Suhendar, dan Direktur Mineral Ditjen Minerba
ESDM Budi Irmawan.
Rombongan tersebut didampingi Direktur PT SILO Effendy Tios dan jajaran
perusahaan, Bupati Kotabaru H Irhami Ridjani, Ketua DPRD Alpidri Supian
Noor, Kapolres AKBP Rizal Irawan Sik, Dandim 1004 Letkol Inf Wawan
Pujiatmoko, dan Camat Sebuku Gt Abdul Wahid. Mereka berkeliling areal
perusahaan meninjau dari dekat pabrik pemurnian tahap satu milik
perusahaan.
Dijelaskan Effendy, sesuai dengan adanya larangan ekspor bahan
mentah,maka perusahaan telah menyelesaikan pabrik pemurnian tahap satu
awal Februari tadi. Pabrik tersebut berfungsi mengolah bijih besi mentah
menjadi bijih besi kering (konsentrat), menaikkan kadar Fe (besi). Ia
mengaku, kualitas bijih besi di Sebuku sangat rendah dibanding kualitas
dunia lainnya.
"Mudahan dengan kunjungan kementerian ini menjadi berkah, 1.000
karyawan yang sampai sekarang bertahan bisa semangat. Sejak larangan
ekspor, kegiatan operasional perusahaan sudah dikurangi 50 persen,"
akunya.
GM Mineral Development and Technical Service, Yoseph Swamidarma,
menambahkan, ke depannya perusahaan akan membuat pabrik baja sendiri
tahun 2017, digawangi PT Sebuku Baja Perkasa. Dengan potensi bijih besi
sebanyak 360 juta ton, atau setara 100 juta ton besi logam.
Terkait hal tersebut, Wamen menegaskan, pihaknya akan memberikan
kelonggaran kepada SILO, untuk melanjutkan kegiatan ekspor lagi setelah
beberapa bulan tidak ada penjualan ke luarg negeri. "Tapi jangan ores
(mineral mentah) lagi," tegasnya. Ia berharap, perusahaan baja di tahun
2017 benar-benar bisa direalisasikan.
Terpisah, Dirjen Minerba ESDM R Sukhyar membenarkan, perusahaan sudah
bisa ekspor karena mampu menghasilkan konsentrat, sehingga bukan mineral
mentah lagi. Ditambahkannya, dalam waktu dekat akan ada rekomendasi
ekspor untuk perusahaan. "Secepatnya," ujarnya ditanya kapan rekomendasi
keluar.
Prodev Manager PT SILO, Agung Jaka Raharja saat ditanya, kembali
menegaskan bahwa pihaknya benar-benar mampu menghasilkan konsentrat yang
dimaksud. Sebelumnya ia mengungkapkan, dalam setahun mesin pemurnian
tahap satu dapat mengolah 12 juta ton mineral mentah menjadi 8 ton
konsentrat. (zal)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment